Selasa, 04 Januari 2011

Refleksi 1 Muharram 1432 H


Memasuki babak baru tahun 1432 H, apa saja yang sudah kita raih selama periode setahun yang lalu?

Prestasi apa saja yang telah kita raih dalam kehidupan kita sebagai seorang muslim dan muslimah?

Dalam momentum 1 Muharram ini, mari kita sejenak berkontemplasi, merenung atau bermuhasabah atas amal perbuatan yang telah kita perbuat. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan gambaran diri kita di masa lalu, kini dan esok.

Tiga parameter waktu yang saya sebutkan tadi, dapat menentukan langkah kita selanjutnya dalam memasuki babak baru tahun 1432 H. Apakah langkah kita akan semakin menggaransi kita untuk mencapai cita-cita sukses dunia dan akhirat, atau malah sebaliknya?

Mengapa harus bercita-cita sukses dunia dan akhirat?

Jawabannya sederhana dan sahabat pembaca semua tentu sudah paham. Kita bercita-cita sukses dunia dan akhirat karena kita hanya sementara di dunia ini dan pada saatnya harus kembali ke kampung akhirat yang insya Allah kekal. Dan tidak ada pengecualian atas ketentuan Allah SWT ini.

Berita gembiranya, bagi yang bisa meraih sukses dunia dan akhirat maka hidupnya tidak akan pernah merugi. Karena janji Allah kepada orang-orang yang beriman kepada hari akhir adalah pasti. Maksudnya?

Beriman kepada hari akhir merupakan sebaik-baik orientasi atau tujuan hidup, karena Allah telah menetapkan standar kesuksesan yang bisa dicapai oleh orang-orang yang beriman. Bagi yang mampu menerapkannya dengan baik, maka garansi Allah kepada orang-orang beriman akan diperolehnya.

Apa sih garansi dari Allah? Emangnya penting?

Inilah nilai plus yang tidak akan bisa dipahami oleh orang yang tidak yakin akan janji Allah. Logikanya seperti orang yang takut naik pesawat terbang karena takut dengan ketinggian, maka dia selamanya tidak akan pernah percaya bahwa naik pesawat presiden enaknya bukan main.

Kembali pada garansi Allah, yang memberikan berbagai kemudahan dunia dan akhirat ketika orang yang beriman mendapatkan ujian maupun cobaan. Tanpa keyakinan akan garansi tersebut, maka bisa dipastikan nasib manusia bisa berakhir di ujung samurai seperti orang Jepang dengan harakiri-nya.

Eh… kok bawa-bawa orang Jepang segala?

Ya… karena Jepang merupakan contoh masyarakat yang sukses secara duniawi, namun tidak sukses secara ukhrowi.

Wong mati itu wewenangnya Allah, kok ini seenaknya membunuh diri sendiri tanpa memberi kesempatan diri untuk memperbaiki diri. Itulah The True Power of Islam, kekuatannya memberikan semangat untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Wallahu’alam bis showab

0 komentar:

Posting Komentar